Kamis, 06 Desember 2012

The Peace in the Perest

Oleh : Atrin Chrisopras S
           
             The Perest land, pulau yang penuh keajaiban,dipenuhi bukit bukit nan hijau menjulang, ladang ladang subur dan angsa angsapun menari di danaunya, kesejahteraan seluruh masyarakatnya terjamin oleh pemerintahan raja yang adil bijaksana . Tinggalah sebuah keluarga baru, Revanna dan Vilaso, mereka tinggal di suatu kota yaitu Samaretha,dari pernikahannya, mereka dikaruniai bayi laki- laki mungil bernama Micola yang berarti hebat, bayi mungil itu masih merah, dibalut kain berwarna kuning tua , matanya secoklat pohon tapu, tampak raut muka yang bahagia dari pasangan itu  " anakku sayang, hahh lihatlah dirimu, bukankah hidungmu sepertiku?'' kata Vilaso, '' hmm dan matanya sepertiku!" sahut Revanna," dengan bangga.
             Vilaso adalah seorang prajurit kerajaan Dind Rodopic, satu satunya kerajaan yang ada di the Perest land, yang dikuasai oleh raja Nekavas, raja yang sangat menghargai para rakyatnya, Vilaso menjadi salah satu orang kepercayaan Nekavas, selain jujur Vilaso memiliki kemampuan bertarung yang baik, sampai pada suatu hari Nekavas mengangkatnya sebagai kepala prajurit dan pemimpin perang. Dengan di nobatkanya gelar itu, gembiralah hati Vilaso dan ia pun bercerita mengenai jabatan barunya kepada sang istri Revanna, " sayang, aku punya berita bagus, lihatlah lenganku ini" ujarnya " tunggu, apa itu gambar elang hitam, berarti kau sekarang adalah...?", " ya benar sekali, aku kepala prajurit dan perang, haa..hhaaa!" mendengar itu sang istri Revanna hanya tersenyum, ia tahu bahwa tugas yang di emban seorang kepala prajurit itu tidak mudah, mungkin ia harus bersiap siap menjadi janda kalau terjadi perang, karena seorang pemimpin prajurit akan di tempatkan di barisan paling depan bila terjadi peperangan.
            Hari berlalu Micola kecil kini sudah beranjak dewasa, di umurnya yang ke 14 tahun ini, ia ingin sekali belajar bertarung seperti ayahnya, " ayah, kini aku sudah 14 tahun, mau kah ayah mengajariku bertarung ?" tanyanya. " Micola, untuk apa kamu belajar bertarung nak?" balas Vilaso. " ayah.. aku ingin seperti ayah, aku ini anak laki-laki yah, dan juga anak satu-satunya ayah, aku ingin menjadi prajurit seperti ayah! " jelasnya. " dengar nak, menjadi prajurit itu tidak mudah seperti yang kau bayangkan, dan justru karena engkau anakku satu-satunya, aku tak ingin kau menjadi prajurit dan maju perang, ayah tak bisa membayangkan bagaimana ibumu jika aku dan engkau mati dalam peperangan". Mendengar hal ini Micola langsung berkecil hati, ia beranjak pergi dari hadapan ayahnya menuju pohon tapu di tepi danau, sambil duduk di bawah naungan rimbunya daun tapu yang berwarna coklat itu ia merenung, dalam hati ia berkata, " semua ayah di Samaretha, ingi anak laki-lakinya menjadi prajurit, mereka mengajari anaknya bertarung, tapi kenapa ayahku malah menyuruhku duduk dirumah saja!" keluhnya.

Mau tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.....
tunggu next episode ya... BERSAMBUNG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar